Negara Sedang Berproses

12.02.18

Hai there Algos!! Kali ini aku akan membahas topik yang cukup berat dan sedang menjadi perhatian netter akhir akhir ini. Sebelum membahas lebih jauh, izinkan aku memperkenalkan diri. Aku seorang siswa kelas XI berumur 16 tahun yang sedang tertarik dengan topik 'Kartu Kuning Jokowi'. Dan disini knowledge atau pengetahuanku tentang ini hanya terbatas dari media portal news, siaran Mata Najwa, dan beberapa post tanggapan mahasiswa yang lewat di timeline line saya. Tujuan menulis post tentang ini hanya ingin menyampaikan pandangan saya terhadap berita ini dan ingin sedikit banyak menyadarkan tentang netizen Indonesia untuk lebih bersikap smart dalam menghadapi sebuah persoalan. 
Seperti yang diketahui bersama Ketua BEM UI Zaadit Taqwa mengangkat kartu kuning pada Bapak Presiden Jokowi saat Presiden Jokowi menjadi tamu pada salah satu acara di UI. Saya ingin menyampaikan beberapa hal disini.

Pertama. Wajarkah? Kreatif? atau Tidak Pantas? Menurut saya pengangkatan kartu kuning oleh Zaadit merupakan salah satu step yang berani. Hal itu wajar bagi seorang mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasi masyarakat dengan cara menarik perhatian melalui insiden pengangkatan kartu kuning tersebut. Namun yang saya sayangkan disini adalah timingnya. Setiap tindakan memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya disini adalah perhatian seluruh negara, perhatian Indonesia menjadi tersedot dan secara tidak langsung, bukan hanya presiden tapi seluruh rakyat Indonesia menjadi sadar tentang permasalahan Indonesia yang ada. Coba bayangkan jika tidak ada insiden kartu kuning, maka mata masyarakat indonesia akan tertutup terutama untuk permasalahan KLB di Asmat. Negatifnya adalah cara penyampaian yang terkesan kurang etis. Saya setuju disini jika dilihat dari moralitas, mengangkat kartu didepan saat Presiden sedang berpidato memang sangat disayangkan dan terkesan tidak memiliki sopan santun. Tapi sekali lagi, disini niat para mahasiswa adalah menarik perhatian Jokowi untuk menyadarkan pr pr yang belum terselesaikan dan saya rasa meskipun dinilai kurang elit, tapi buktinya dengan insiden ini tujuan menyadarkan Jokowi atau bahkan masyarakat Indonesia tercapai. Jangan melihat siapa yang mengangkat, tapi lihatlah topik yang berusaha dilambungkan.

Kedua. Insiden tersebut menjadi bukti bahwa ribuan mahasiswa di Indonesia masih peduli akan negaranya dan masih menaruh perhatian pada bangsanya. Saya rasa ini adalah hal positif yang bisa diambil. Tapi jika kita mengkritik orang kita juga harus berani dikritik. Disaat kita mengingatkan seseorang, alangkah baiknya kita juga mengapresiasi capaian orang tersebut. Dengan insiden tersebut mahasiswa juga seharusnya membuka mata mengapresiasi dan melihat perkembangan negara ini. Mahasiswa dan masyarakat juga harus menghargai usaha pemerintah yang pastinya membutuhkan sesuatu bernama proses. Iya, terimakasih sudah diingatkan pr pr yang perlu dituntaskan. Tapi juga ingat mahasiswa dan masyarakat juga harus berani mengakui proses pemerintah dalam usahanya membangun bangsa. Disini letak kesalahan kebanyakan netizen. Menuntut, menuntut dan menuntun. Mereka tidak mau mengakui prestasi capaian pemerintah. Atau banyak yang hanya mengetahui sedikit tapi sudah bersuara banyak dengan pengetahuan dangkal. Perbanyaklah info yang kalian dapat sebelum menyuarakan nya kepada publik. Baca berita dari berbagai pihak dan point of view baru tentukan judgement kalian. Memang disini saya tidak mengetahui detail permasalahan yang belum diselesaikan dan yang sudah diselesaikan oleh pemerintah. Tapi satu hal yang saya tau dan saya percaya bahwa negara ini sedang berproses menjadi lebih baik dengan tujuan demi kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

Ketiga. Isi? Subjek? Penampilan? Atau apa? Dari insiden ini, hal apa yang menjadi fokus kita? kita sebagai masyarakat hendaknya fokus pada permasalahan yang diangkat. Bukan pada subjek yang menjembatani! Stop bullying subjek hanya karena metode yang tidak sopan serta kurangnya pengetahuan. Subjek ini juga sedang berproses. Dia meluangkan waktunya untuk memikirkan masa depan bangsa dan berani menyadarkan seluruh negeri tentang permasalahan yang ada. Sesalah-salahnya dia dalam menyampaikan data atau pendapat dia tetap memiliki peran positif. Disini dia juga sedang belajar. Disini dia berhasil membuka ruang obrolan tanpa batas. Kritik boleh, judgement tanpa dasar jangan. Kritik membangun dipersilahkan, kritik menjatuhkan dipersilahkan keluar. Disini kita sama sama menyadarkan masing masing individu betapa kompleksnya permasalahan bangsa ini. Bukan karena subjeknya, bukan karena satu individunya, tapi karena permasalahan yang dilambungkan Indonesia harus bersatu.

Bukan bermaksud menggurui, hanya berbagi pemikiran dan pendapat. 
Goresan catatan kecil dari siswa SMA berusia 16 tahun yang berharap bangsanya semakin smart dan bijak dalam mengahadapi sebuah persoalan. Pro kontra pasti terjadi, tapi perpecahan jangan. 
Ingat tujuan awal, bukan perpecahan tapi persatuan. Bukan ajang carmuk, tapi ajang berdiskusi terbuka. Bukan saling menyalahkan, tapi saling menyadarkan 

Tertanda
Siswa SMA 16 tahun


Rara Dzikrina Istifadah 

Komentar

Postingan Populer